Pada tahun 2017, ekonomi Indonesia tumbuh 5,07 persen tahun ke tahun (y / y). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada 05/02 bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara mencapai 5,19 persen (y / y) pada kuartal keempat tahun 2017. Angka-angka ini menunjukkan gambaran yang beragam.
Di satu sisi positif pertumbuhan PDB Indonesia terus berlanjut. Faktanya, angka pertumbuhan 5,07 persen adalah angka pertumbuhan PDB setahun penuh tercepat di negara ini sejak 2013. Selain itu, angka pertumbuhan 5,9 persen (y / y) pada Q4-2017 adalah pertumbuhan PDB Q4 terbaik sejak 2013.
Yang juga positif adalah bahwa PDB nominal Indonesia mencapai Rp 13.558 triliun atau USD $ 1 triliun dengan menggunakan nilai tukar 2017. Hal ini menempatkan Indonesia pada kelompok ekonomi senilai USD $ 1 triliun.
Di sisi lain, laju percepatan pertumbuhan ekonomi terbesar Asia Tenggara berjalan sangat lambat: dari 4,9 persen (y / y) pada tahun 2015 menjadi 5,0 persen (y / y) pada tahun 2016, dan diikuti 5,1 persen (y / y ) pada tahun 2017.
Konsumsi rumah tangga merupakan komponen penting untuk ditonton karena menyumbang sekitar 56 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap berada di bawah angka 5 persen (y / y): 4,95 persen (y / y) pada TA-2017 dan 4,97 persen (y / y) pada Q4-2017. Konsumsi rumah tangga yang suram sering disebut sebagai alasan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lamban dalam beberapa tahun terakhir. Meski jatuh suku bunga, konsumen tetap ragu untuk membelanjakan pada berbagai barang, seperti mobil, rumah, dan semacamnya. Apalagi, penjualan ritel Indonesia tumbuh hanya 2,6 persen (y / y) di bulan Desember. Analis mengklaim bahwa konsumen Indonesia sekarang lebih memilih untuk mengamankan proporsinya di rekening bank daripada membelanjakannya.
Ada kecenderungan mengkhawatirkan konsumsi rumah tangga Indonesia (terlihat pada tabel di bawah). Selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia telah meluncur (dan stagnan sejak 2015).
Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan tiga sumber pertumbuhan ekonomi terbesar pada 2017 adalah sektor manufaktur, konstruksi, perdagangan, dan pertanian.
Sementara itu, pertumbuhan investasi meningkat pada triwulan IV-2014. Pembentukan modal tetap domestik bruto tumbuh sebesar 7,27 persen (y / y) pada kuartal terakhir tahun 2017. Di tengah konsumsi rumah tangga yang suram Presiden Indonesia Joko Widodo memiliki harapan tinggi untuk realisasi investasi. Oleh karena itu, pemerintah telah membuka beberapa sektor untuk investasi asing langsung dalam beberapa tahun terakhir dan sangat ingin memperbaiki iklim investasi negara (misalnya melalui deregulasi).
Perkembangan positif lainnya adalah kinerja ekspor Indonesia membaik seiring dengan kenaikan harga komoditas dan membaiknya permintaan global.
Namun, realisasi pertumbuhan PDB 5,07 persen (y / y) pada tahun 2017 berada di bawah target pertumbuhan PDB 5,2 persen (y / y) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam APBN-P 2017. Apalagi, ada keraguan serius apakah ada pertumbuhan ekonomi yang signifikan yang dapat diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan, terutama jika konsumsi rumah tangga Indonesia tetap suram.
Faktor apa yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2018?
- Fitch Ratings menaikkan peringkat sovereign Indonesia menjadi investment grade terendah kedua di bulan Desember 2017. Hal ini menarik arus masuk modal
- Harga komoditas menguat, sehingga mendorong kinerja ekspor Indonesia
Dorongan pembangunan infrastruktur pemerintah Indonesia menarik investasi langsung - Pilkada akan meningkatkan sirkulasi uang di daerah
- Pemerintah pusat berencana untuk meningkatkan belanja