Dalam dunia ekonomi, khususnya bisnis, konglomerasi bisnis adalah salah satu istilah yang kerap digunakan. Biasanya istilah ini kerap disandingkan dengan nama perusahaan-perusahaan besar yang sangat populer. Di Indonesia sendiri ada banyak perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai konglomerasi bisnis. Beberapa di antaranya tergolong perusahaan yang bernaung di bawah Kementerian BUMN, sementara yang lainnya berasal dari kalangan swasta.
Apa Itu Konglomerasi Bisnis?
Konglomerasi bisnis merujuk pada perusahaan berskala besar yang memiliki berbagai anak perusahaan. Anak-anak perusahaan ini sendiri bergerak dalam berbagai jenis usaha. Dari pengertian ini juga konglomerasi bisnis kerap dikenal dengan istilah perusahaan gabungan atau holding company atau yang juga kerap disingkat dengan sebutan holding.
Secara luas, konglomerasi bisnis merujuk pada bisnis yang memiliki berbagai perusahaan yang berbeda jenis. Meski demikian, dalam konlomerasi bisnis tersebut, terdapat satu perusahaan yang berfungsi sebagai induk. Perusahaan ini memiliki saham dalam jumlah besar sehingga mampu bertindak sebagai pengendali atas perusahaan-perusahaan lainnya. Perusahaan-perusahaan ini biasanya memiliki skala lebih kecil dari perusahaan utama serta menjalankan sektor usaha yang berbeda.
Meski demikian, hal ini tidak selamanya berlaku. Pada saat ini, beberapa konglomerasi bisnis tidak menempatkan saham dalam jumlah besar di perusahaan pengendali. Sebaliknya, mereka hanya menempatkan sejumlah kecil saham di seluruh perusahaan yang berada di bawah kendali mereka. Bentuk konglomerasi ini biasanya digunakan untuk memberikan kendali dan fleksibilitas yang lebih besar kepada perusahana-perusahaan tersebut. Dengan demikian, mereka mampu bergerak dengan lebih dinamis menjawab berbagai dinamika pasar dan tantangan bisnis yang ada.
Keuntungan Konglomerasi Bisnis bagi Perusahaan Induk
Ada berbagai keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan dengan menjalankan bentuk konglomerasi bisnis. Salah satunya adalah perusahaan mampu mengurangi potensi terjadinya kerugian pada perusahaan inti. Hal ini dapat dicapai berkat diversifikasi yang dilakukan pada sektor usaha. Meski pada titik tertentu, perusahaan inti mengalami kerugian, namun hal ini bisa dimitigasi dengan keuntungan yang diperoleh oleh anak maupun cucu perusahaan yang dimiliki.
Walau demikian, perlu diketahui bahwa diversifikasi bisnis seperti ini selalu memiliki risiko. Jika tidak dilakukan dan dikelola dengan tepat, tingginya diversifikasi yang terjadi malah akan meningkatkan potensi kerugian perusahaan. Tak jarang bahkan diversifikasi yang tinggi juga menimbulkan penyimpanan yang terlalu jauh dari sektor utama bisnis perusahaan induk. Akibatnya lini usaha menjadi semakin tidak fokus. Perusahaan pun malah menajdi gagal dalam berkompetisi di tengah pasar akibat produk yang ditawarkan tidak memiliki daya jual lebih.
Alasan ini jugalah yang kiranya mendorong sebagian besar perusahaan konglomerasi saat ini bergerak dalam sektor yang kurang lebih serupa. Sebagai contoh, PT Pertamina (Persero) bergerak bukan hanya di lini jual beli bahan bakar minyak, melainkan distribusi, pengolahan produk turunan minyak, dan lain sebagainya.
Contoh Konglomerasi
Selain Pertamina, di Indonesia ada berbagai jenis perusahaan konglomerasi lainnya. Salah satu di antaranya adalah media. Dari sebuah perusahaan inti, dapat dilakukan pelebaran sayap usaha hingga mencakup stasiun televisi, penyiaran radio, surat kabar, penerbit buku, hingga periklanan maupun berbagai bentuk usaha media lainnya.
Tak hanya itu, konglomerasi bisnis juga bisa terjadi dalam perusahaan mi instan. Perusahaan inti bisa melebarkan sayapnya hingga mencakup produsen tepung, distributor tepung, minyak sawit, kemasan produk, hingga logistik. Seluruh anak usaha ini dapat digelontorkan salah satunya untuk mendorong produksi hingga distribusi produk yang dihasilkan.
Dengan melakukan diversifikasi seperti ini, perusahaan tentu akan diuntungkan. Apabila perusahaan inti mengalami kerugian, keuntungan yang diperoleh anak maupun cucu usaha bisa memberikan sokongan keuntungan. Sementara di sisi lain, apabila terdapat anak maupun cucu usaha yang mengalami kerugian, anak maupun cucu usaha tersebut dapat ditutup dengan segera.
Belajar dari perkembangannya saat ini, beberapa pakar ekonomi menganggap bahwa meski skalanya besar, namun konglomerasi bisnis mampu menawarkan efisiensi bisnis yang tinggi. Tak jarang bahkan pemilik perusahaan konglomerasi sukses masuk ke dalam daftar para tokoh terkaya di dunia.